Warga Geram Sungai Pait Tercemar Pemdes Gunung Kembang Laporkan PT BPI Ke DLH Provinsi

oleh -443 Dilihat

MERAPI – Warga Desa Gunung Kembang, Kecamatan Lahat, Sumatera Selatan, semakin kesal atas pencemaran yang terjadi di Sungai Pait akibat limbah dari kebocoran pipa milik PT Bumi Pembangkit Inovatif (BPI). Hingga kini, perusahaan PLTU tersebut belum mengambil tindakan serius, meskipun keluhan warga sudah disuarakan.

Desa yang bergantung pada Sungai Pait untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci, dan kakus (MCK), kini menghadapi ancaman besar. Air yang dulunya bersih kini tak lagi bisa digunakan karena tercemar oleh limbah industri, terutama di saat musim kemarau.

Kepala Desa Gunung Kembang, Edi Suparno, tak tinggal diam. Dia menyatakan bahwa Pemdes telah melaporkan pencemaran ini ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sumatera Selatan untuk mendapatkan penanganan yang lebih serius. “Kami hanya ingin PT BPI segera bertindak, namun sejauh ini perusahaan seolah tidak peduli, sehingga membuat warga semakin geram,” ujar Edi.

Selain ke DLH, Edi juga menyebutkan bahwa kasus ini akan dilaporkan ke Polres Lahat karena pencemaran ini sudah menyebar hingga ke lahan perkebunan warga.

Tak hanya itu, Safar, perwakilan warga Desa Gunung Kembang, menyuarakan niat mereka untuk melakukan aksi demonstrasi jika PT BPI dan pihak terkait tetap lamban menangani masalah ini. “Kami sudah lelah. Sungai yang menjadi sumber hidup kami tak bisa lagi digunakan. Jika tidak ada solusi, kami akan turun ke jalan,” tegasnya.

Sementara itu, Siti Nurhaliza, Kabid Penindakan Limbah DLH, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah meninjau lokasi pada Jumat (6/9/2024) lalu. DLH juga telah mengambil sampel air dan menyegel akses pembuangan limbah milik PT BPI. “Kami bertindak cepat setelah mendapat laporan dari media sosial dan melakukan inspeksi di lapangan,” ujar Siti.

Dengan situasi yang kian memanas, warga Desa Gunung Kembang menunggu langkah konkret dari PT BPI dan pemerintah agar Sungai Pait kembali bersih dan layak digunakan. Hingga saat ini, mereka masih berharap ada solusi yang adil bagi kehidupan sehari-hari mereka.(rd)